Musim
penghujan di Bulan Desember ini merupakan waktu yang baik untuk tumbuh-tumbuhan tumbuh subur.
Termasuk si Cantik yang berbau khas ini, yakni bunga Amorphophallus,
tumbuhan yang sering disebut Bunga
Bangkai ini merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang termasuk dalam family Araceae
atau bahasa gaulnya talas-talasan. Nah ternyata nih gaes tumbuhan ini memiliki
170 lebih spesies yang tersebar mulai dari Afrika hingga Papua Nugini, atau
termasuk tumbuhan yang hanya tumbuh didaerah tropis, persis seperti di salah satu tempat Konservasinya,
yakni di Desa Tebat Monok, Kabupaten
Kepahiang, Bengkulu. Beberapa hari yang lalu saya sengaja pergi ke Kabupaten
yang berjarak kurang lebih 52 KM dari kota Bengkulu ini ( belum pernah ngitung
men, jadi kira-kira jaraknya segitu deh hehe), untuk melihat secara langsung
bunga asli Sumatera ini. Oh ya di Amorphophallus Conservation Park milik Pak Holidi ini katanya memiliki 7
Spesies, satu belum tau jenis apa, (tapi aku lupa kata bapak ada 7, belum tau
jenisnya satu, berarti ada 6 spesies dong ya? Tapi yang aku baca di spanduk disana baner disana ada 5? Heeee sorry ya kalao kurang valid infonya).
Nah dari baner yang aku baca “Berdasarkan analsis komunitas Taman Konservasi
Amorphophalus, yakni yang dilakukan rekan-rekan dari Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati Institut Teknologi Bandung (
SITH- ITB), yang mengadakan sensus terhadap Amorphophalus ini, ditemukan
sebanyak 5 spesies Amorphophallus, yaitu gigas, muelleri, titanum,
paeoniifolius dan variabilis, yang tersebar di 45 titik dalam area
seluas .
Perlu
untuk diketahui nih Bunga Bangkai memiliki bentuk yang berbeda
satu sama lainnya (berdasarkan spesies), si cantik titanum, merupakan
bunga yang terbesar di Dunia, Kelompok bunga ini, memiliki siklus hidup yang
unik karena vase vegetativnya tumbuh secara
bergantian dengan fase generative dari satu umbi yang sama.
|
Amorphophalus titanum yang baru akan mekar |
|
Amorphophalus titanum yang telah mekar kurang lebih 4 hari |
|
Batang dari Amorphophallus Gigas sebelum mati dan tumbuh menjadi bunga |
|
Batang Amorphophallus titanum sebelum mati dan tumbuh menajdi bunga, bercorak bintik-bintik kehijauan |
|
Amorphophalus titanum |
Kata pak Holidin, dulu beliau sempat
memotong umbi dari si Amorphophallus ini menjadi ratusan bagian, karena memang si Amor ini
merupakan tumbuhan umbi-umbian jadi gampang binggo kalo mau di kembangbiakkan.
Oh
ya, yang hampir mirip dengan titanum ini adalah Gigas, tapi kata
Pak Holidin yang bunganya lebih gede tetep titanum, si Gigas ini merupakan jenis langka, batangnya
berbintik-bintik butih dan cendrung memiliki tekstur yang lebih kasar. Sedangkan
titanum batangnya berbentik-bintik kehijauan dan tekstur batangnya lebih halus,
sehalus kulit akuuu hihi…
Beda
lagi dengan Amorphophallus jenis variabilis, yakni lebih kecil, kira-kira segede satu buah bongkol kol yang paling gede. Saat aku
berkunjung kebetulan ada 2 bunga yang sedang mekar, tapi yang satnya sudah
mulai layu.
|
duo bangke hahaha bukan aku yang banke, tapi dibelakang aku ada si titanum yang bangke |
|
Tita teman kampus aku |
|
Pengunjung dari PU PPusat, kebetulan melintasi jalan lintas Kepahiang - Bengkulu |
|
Taman Konservasi Amorphophalus |
Diantara
banyak bunga Amorphophalus yang ada disni, aku paling suka yang jenis paeoniifalius,
karena bentuknya yang simple, kecil, dan enak banget buat dimakan, eeh bercnda….
Hehehe, bentuknya kira sperti bunga terompet, atau bunga tulip, atau bunga
kuping gajah (mungkin hehe), tingginya kira-kira 15 cm. batangnya juga kecil,
motifnya hampir sama dengan titanum versi mini.
|
Bunga yang paling aku suka |
Namun
sayang, si cantik ini, belum mendapatkan perhatian dari pemerintah Bengkulu, eh
malah orang-orang dari Luar kota dan luar negri yang lebih menaruh simpatik
pada bunga ini, seperti teman-teman dari LIPI dan IPB, dan tamu-tamu dari manca
Negara seperti Korea Selatan dsb (karena banyak aku kaga hapal ).
Jangankan
pemerintah provinsi Bengkulu khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Bengkulu, masyarakatpun hanya sebgaian saja yang antusias dengan keberadaan
puspa langka ini. konon katanya (pak Holidin)
Bunga Bangkai ini saat masih di rawat di kediaman beliau (belum di taman
konservasi ini), bunga ini sempat ditebang oleh masyrakat, katanya sih
masyarakat merasa terganggu dengan baunya. Yaiyalah namanya aja bunga bangke
kan ya, tapi ga giitu juga kali, justru kita harus bersama-sama melestarikan
dan merawat bunga ini, bila perlu dibuat taman konservasi lainnya khusus untuk Amorphophalus
dan Bunga Rafflesia, karena kebetulan dua puspa langka ini memiliki
habitat yang cukup banyak di beberapa daerah di Bengkulu, kan sayang kalau
tidak dilestarikan, seharusnya, itu bisa menjadi salah satu destinasi wisata
alam yang mampu menarik pawa wisatawan untuk berkunjung ke Provinsi Bengkulu,
karena tanah Bengkulu ini merupakan tanah yang subur, dan merupakan daerah tropis yang bagus untuk pertumbuhan
bunga-bunga langka tersebut, syangnya lagi minim perhatian dan promosi dari
pemerintah, padahal mereka bilang “katanyaa” iconnya Bengkulu itu Rafflesia
dan Bunga Bangkai, tapi kayaknya sebatas kata-kata doang. Tapi mudah-mudahan
setelah membaca tulisan ini, yang merasa disenggol disni, tidak hanya marah-marah
akan tetapi lebih sadar, dan tergerak hatinya untuk bersama-sama menjaga dan
melestarikan puspa-puspa langka ini, khususnya pemerintah.
Okeh
kita balik lagi ngomongin si Bunga Bangkai, nah ini yang mungkin harus
diluruskan, masih ada saja masyarakat yang masih bingung membedakan antara mana
bunga Bangkai dengan Bunga Raffleisa, perlu diketahui sebelumnya aku
sudah menjelaskan macacm-macam spesies dari amorphophalus, baik kita ambil
contoh saja Amorphophalus titanum dengan Rafflesia, titanum,
memiliki bentuk bunga yang sangat besar dan tinggi, tingginya bisa mencapai 2
meter, dan memiliki bau yang sangat menyengat bila sedang mekar, bunganya
berwarna keunguan, sedang Rafflesia, berwara kemerahan, dengan
bercak-bercak, umumnya memiliki kelompak sebnyak 5, bunganya rendah namun besar
dan lebar,dan pastinya bunga Rafflesia tidak berbau. So jangan salah lagi ya
untuk penyebutan bunga bangkai dan bunga Rafflesia.
Nah
bagi kamu yang ingin berkunjung kesini, gampang banget nemunya,berada di Desa Tebat
Monok, kabupaten Kepahiang, Bengkulu, Berada di KM 52 (kalo ga salah),
dipinggir jalan tepatnya jalan lintas Kepahiang- Bnegkulu, Tanya aja Konservasi
Bunga Bangkai punyanya pak Holidin, yang di tinggal di perumahan SLB
Kepahiang. Buka setiap hari, tempatnya
bagus sekali untuk kamu yang ingin menambah pengetahuan mengenai puspa langka,
biaya masuknya sukarela, aku beruntung
banget bisa langsung dipandu oleh Pak Holidin, orangnya baik sekali dan sangat
terbuka.Dengan sabar beliau menemani kami berkeliling taman Konservasinya.
Jangan bayangkan tamannya sudah selengkap seperti di kebun Raya Bogor, Taman
ini, dibuat di tanah pribadinya sendiri,
seperti kebun, tapi sudah dibersihkan, lahannya miring, karena berada di
pegunungan, bagian bawahnya dialliri sebuah anak sungai, jadi ada bunyi-bunyi
gemericik angin, asri, alami, ga nyesel kesini. Bagi kamu yang butuh info lebih
lanut silahkan hubungin Pak Holidin di 0852 736 939 69. #PUSPALANGAKA